Bertugas di tempat yang jauh dari rumah banyak suka dukanya. Hal yang ngga enak ngga usah diceritakan ya...., kita cerita yang enak aja. Apa enaknya? "Jadi nambah saudara, nambah keluarga, nambah pengalaman" itu jawaban template banget ya. Tapi itu bener si. Ada jawaban lain yang enak juga menurut saya yaitu kalau ada tugas dinas rapat di Purwokerto. Kenapa enak? secara rumah di Purwokerto, bisa berangkat siangan, ngga buru-buru, biasanya maksimal jam 5.20 sudah berangkat. Kalau ada tugas dinas bisa berangkat sesuai jam undangan, lebih enak lagi dapat SPPD yang bisa ditukar pertalite + ethanol.
Nah Jumat yang lalu saya ada undangan mendampingi murid dan rekan guru yang berhasil membimbing dan lolos FTBI sampai di tingkat provinsi. Namanya Rifka, berhasil menjadi juara 1 Nulis dan Membaca Huruf Jawa. Sebuah lomba yang mungkin saat sekarang jarang banget diminati oleh anak SMP, apalagi kelas IX. Kepala Sekolahnya saja sudah lupa huruf jawab ada berapa jumlahnya. Tapi dengan bimbingan guru muda Mukti Manggalih, Rifka berhasil lolos sampai tingkat Provinsi.
Acara penerimaan hadiah berbagai lomba yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas ini berjalan dengan lancar. Tidak ada hal yang istimewa. Semua peserta mendapatkan hadiah berupa uang pembinaan dan juga piala dari Kepala Dinas Pendidikan. Apresiasi dan juga penguatan diberikan kepada semua murid untuk dapat terus meningkatkan prestasinya. Acara selesai saya lanjut ke Sekolah pangkalan. Jam 13.00 wib saya ada janji dengan Panitia HUT SMP Negeri 1 Gumelar untuk mengadakan rapat dengan alumni. Ini janji saya ke pak Sekdin juga, di hari Ulang Tahun Sekolah akan ada pembentukan IKATAN ALUMNI.
Pukul 10.30 wib saya meluncur pulang dari Dinas Pendidikan. Saya pulang karena berencana membawa mengambil mobil di bengkel yang kemarin saya titipkan untuk di servis. Siang ini servis mobil selesai janji Kang Bengkel. Tadinya kepingin juga naik NMax ke Gumelar, tapi cuaca akhir-akhir ini yang hampir setiap sore hujan memaksa untuk naik mobil. Lebih aman dan juga nyaman tentunya.
Tidak ada 10 menit saya sudah sampai di bengkel tempat saya menservis kendaraan. Setelah basa-basi dan mencoba kendaraan saya langsung pamitan ke Kang Bengkel. Cuaca sangat panas, ini semakin menguatkan dugaan dan keyakinan saya bahwa sore ini pulang dari Gumelar bakalan hujan.
Menyusuri jalanan Purwokerto - Ajibarang di siang hari seperti ini biasa saja. Jalan yang dikenal sebagai jalur yang paling padat keluar Purwokerto. Mungkin karena mengarah ke exit tol Brebes dan ke Jakarta. Belum lagi perbaikan lubang jalan yang hampir setiap hari membuat jalur ini padat merayap. Ini aku nikmati setiap hari sambil mendengarkan radio Linggamas, entah itu murotal ataupun kajian kibar asatidz sunnah Banyumas dan Nasional.
Setelah sampai di Ajibarang, saya mengambil arah ke kiri menuju Gumelar via Kracak. Disini signal radio sudah mulai melemah sehingga mulai banyak noise. Kadang saya terus berpindah ke pemutar mp4, entah itu mendengarkan Iwan Fals atau Saleem Iklim. Tapi ini Jumat.... jadi saya mempertahankan mendengarkan kajian meskipun banyak noise.
Memasuki Cihonje saya melirik jam. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 wib. Radio Linggamas pun mengabarkan sekarang memasuki saat Sholat Jumat. Orang Paguyangan bilang "wis manjing". Saya belum melihat Masjid yang tepat dan strategis untuk mengikuti sholat Jumat. Saya berpikir biasanya kebanyakan Masjid di wilayah desa berpatokan bahwa mulai Sholat Jumat itu jam 12.00 wib. Saya terus memacu kendaraan sambil mencari masjid yang tepat.
Menurunkan kaca mobil di Cirebah saya mendengar sayup-sayup suara khotbah dari sebuah masjid yang cukup besar. Masjid 2 lantai dengan nama Nurul Iman. Posisinya lumayan mudah dijangkau. Parkiran pun teduh di bawah pohon rambutan. Parkiran yang tepat disaat matahari tepat ada di atas ubun-ubun kepala. Setelah memarkir kendaraan, saya bergegas dengan berlari kecil menuju Masjid.
Masjid besar dengan toilet dan juga tempat wudhu yang nyaman. Setelah mengambil air wudhu, saya langsung masuk ke dalam masjid. Saya agak tertegun... "Kok baru beberapa orang yang hadir ya?" gumam saya dalam hati. Ah... sudah... sholat aja, sudah khotbah... hilang nanti pahala Jumat.
Setelah selesai sholat saya duduk tenang mendengarkan khotbah. Tapi kok aneh... posisi pembicara berdiri di atas mimbar. Mimbarnya naik tangga sekitar 2 meter. Mungkin agar jama'ah yang ada di lantai 2 juga dapat melihat khotib. Tapi bukan ini keanehannya, Khotib gaya bicaranya santai layaknya sedang pengajian biasa. Ngajarin tata cara untuk melakukan sholat sakartul maut, dengan berbagai penjelasan kaifiyahnya. Semestinya seorang Khotib Sholat Jumat gaya bicaranya harus bersemangat.
عَÙ†ْ جَابِرِ بْÙ†ِ عَبْدِ اللَّÙ‡ِ Ù‚َالَ:Ùƒَانَ رَسُولُ اللَّÙ‡ِ صلى الله عليه وسلم Ø¥ِذَا Ø®َØ·َبَ اØْÙ…َرَّتْ عَÙŠْÙ†َاهُ Ùˆَعَلاَ صَÙˆْتُÙ‡ُ Ùˆَاشْتَدَّ غَضَبُÙ‡ُ ØَتَّÙ‰ ÙƒَØ£َÙ†َّÙ‡ُ Ù…ُÙ†ْذِرُ جَÙŠْØ´ٍ ÙŠَÙ‚ُولُ: «ØµَبَّØَÙƒُÙ…ْ ÙˆَÙ…َسَّاكُÙ…ْ»
An Abi Jabir bin Abdillah qala: Kana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam idza khathaba-hmarrot 'ainahu wa 'ala shautuhu wa-shtadda ghadhabuhu hattaa ka'annahu mundziru jaisyin yaqulu: "Shabbahakum wa massakum".
Terjemahan:
Dari Jabir bin Abdullah RA, dia berkata: "Sesungguhnya Rasulullah SAW jika berkhutbah, kedua matanya memerah, suaranya meninggi, dan kemarahannya memuncak, seakan-akan beliau adalah panglima perang yang sedang memperingatkan pasukannya (akan datangnya musuh di pagi atau sore hari)."
(Hadis Riwayat Muslim, Kitab Al-Jumu'ah, Bab: Dryarah al-khutbah wa shifatuha).
Dan ini kemudian membuat saya menyangka "Ini kayaknya pengajian sebelum Sholat Jumat". Tapi ini sudah jam 12 lebih. Masa iya si Sholat Jumat belum dimulai, padahal sudah jam 12 lebih. Di saat saya bertanya-tanya dalam hati, tiba-tiba si Pembicara mengajak semua audience untuk membaca Al Fatihah sebanyak 4 kali layaknya acara tahlilan. Dan setelah itu Pembicara langsung menutup dengan salam.
Jegleg..... Benar saja ternyata setelah itu Muadzin langsung mengumandangkan Azan Jumat yang pertama. Ah.... ternyata saya tidak terlambat mengikuti Sholat Jumat. Hanya memilih di masjid yang berbeda dengan biasanya. Ini malah lengkap banyak pahala karena dilengkapi dengan pengajian terlebih dahulu. Cuma... apakah ini sesuai tuntunan Rasul?
Saya pun khusyu mengikuti ritual sholat jumat seperti biasa. Mungkin karena terlalu lama duduk di siang hari membuat perut saya meronta-ronta. Cacing-cacing protes merasa didholimi karena belum mendapat jatah MBS (Makanan Bergizi dan Sehat). Alhamdulillah sholat tidak terlalu panjang. Padahal semestinya yang dipanjangkan adalah Sholatnya bukan Khotbahnya.
Selesai sholat saya berlari kecil menuju kendaraan. Mobil segera aku stater karena badan sudah mulai gemeter. Masih ada 15 menit lagi sebelum waktu Rapat dengan Panitia dan Alumni. 10 menit saya alokasikan untuk makan dan 5 menit untuk perjalanan. Pas.....
Sebelum sampai di sekolah saya mampir ke Rumah Makan Padang. Di samping belum pernah nyoba makan di sini, menurutku ini makan dengan sajian tercepat yang bisa saya lakukan dibandingkan memilih Sate Pak Wasim yang menggoda. Saya langsung memesan Nasi Rendang dan juga Es Teh. Simpel, cepat tapi tetap nikmat.
Sepertinya tidak ada 5 menit saya melahap hidangan nasi rendang. Enak juga si untuk satu porsi nasi rendang lengkap yang berada jauh di luar Purwokerto. Dan selanjutnya tiba saat untuk "bayar bayar" (dibaca dengan nada dari Vlogger Nex Carlos).
Cuci tangan dan mengelap sisa kuah rendang yang nempel di bibir. Selanjutnya mendekat ke si Uda Penjual Nasi Padang. "Berapa Uda?" sambil merogoh dompet dan mengambil dari saku belakang celana. "Enam Belas Ribu pak"... kata si Uda. "Worth it lah..." dalam hati saya.
Dan begitu membuka dompet saya kaget. KOSONGGGG ngga ada uang satu rupiahpun. Yang ada Kartu Nama siapa entah... dan juga kartu-kartu pribadi.
Malu? iyalah.... Tapi yang asyik si Uda langsung bilang. "Ada QRIS kok pak" si Uda menunjuk stiker di depanya. Alhamdulillah.... selamat.... tadinya berencana mau ngutang dengan meninggalkan KTP atau sendal jepit yang tek pakai, atau telpon teman guru suruh mbayarin...
#QRIS
#spiritualisme
#nasipadang
#nasirendang