Sunday, January 29, 2023

SEPATU DARIMU



Masih melekat di benak, mulai usia SMP aku sudah sering mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang. Sekedar membantu Bapak 'nukang' saat nge-sub proyek, atau ikut jualan es lilin keliling desa. Atau kadang terbawa teman-teman nguli ikut truck yang muat gula jawa keliling desa di kecamatan Purwojati. Kalau yang ini senengnya dobel, dapat uang dan juga keliling desa naik truck. Maklum ditahun 85an tempatku belum ada angkutan mobil. Semua uang yang aku dapat hampir tidak pernah dipakai sendiri. Kebanyakan tek kasihkan Ibu dengan senang hati dan rasa bangga bisa memberikan uang ke Ibu.

Setelah masuk SMEA beda lagi cara aku mendapatkan receh. Saat SMEA aku sudah bisa naik motor, tentu ngga punya SIM ya. Bagaimana punya SIM, kelas 3 SMEA saja usiaku belum 17 tahun. Karena aku ngekos maka keseharianku tidak bisa mengisi waktu luang dengan mencari uang. Mungkin kalau zaman sekarang bisa ya dengan moda online. Tapi saat itu kegiatanku hanya ke sekolah pagi hari, pulang sore terus belajar di kosan. Maka biasanya setiap hari Minggu pagi aku memanfaatkan motor Bapak yang nganggur untuk ngojek. Bapak biasanya sudah ngojek malam harinya atau persiapan ngojek mulai Minggu sore untuk kemudian hasilnya diberikan ke aku untuk biaya kos selama sepekan ke depan.

Lulus SMEA aku gagal mewujudkan keinginan Bapak untuk melanjutkan ke STIKUBANK. Akhirnya aku terdampar di Jakarta dan tentu saja lanjut nguli. Tadinya melanjutkan ke STIKUBANK dengan berharap mendapat Beasiswa. Orang tuaku ngga bisa membiayai kuliah, maka langkah bijak yang bisa aku lakukan tentu lanjut kerja saja. Tentunya sambil terus berharap bisa melanjutkan kuliah suatu saat nanti dengan biaya sendiri.

"Like Father Like Son" ini rupanya berlaku di kehidupanku. Sebenarnya aku sendiri tidak berharap seperti itu. Aku paham bahwa mencari uang tidak mudah, butuh keterampilan, waktu, dan juga tenaga. Maka aku tidak berharap bahwa anaku mengikuti jejaku ikutan mencari uang. Tetapi aku juga tidak melarang sebab saat sekarang ini kesempatan untuk mencari uang bisa dikatakan lebih mudah, banyak fasilitas dan juga peluang terutama melalui jalur online. Si Sulung ternyata memanfaatkan kemudahan dan fasilitas yang ada untuk menjadi peluang bisnis.

Seingatku sudah beberapa kali dikasih 'modal' meskipun kecil untuk jualan online. Pada akhirnya ternyata beberapa kali uji coba si Sulung mampu merubah modal yang kecil itu menjadi bertambah. Bahkan uangnya pernah dipinjamkan ke kami untuk sebuah kebutuhan. Mungkin justru ini lebih keren dari aku sendiri. Kalau aku dulu ngga bisa nabung atau sampai punya rekening Bank. Anaku punya dan setiap laba yang didapat selalu ditabung.

==============================

Aku, Istri dan si Bungsu dari sore kodangan di tempat teman. Lanjut dengan mampir ke tempat keponakan dan ke pusat perbelanjaan. Belanja akhir bulan, biasanya si kami selalu berempat dengan si Sulung. Tapi tadi malam si Sulung tidak ikut karena dari sore pamitan keluar rumah. Istriku bahkan sempat menggerutu "Dolan nganggo mobil, bensin njaluk biyunge....." Tapi tetep saja si dikasih buat beli bensin.

Nah tadi malam di 28 Januari ini aku sempat kaget. Pulang sudah cukup malam sempat duduk sebentar di depan tivi. Beberapa detik kemudian terdengar suara gerbang terbuka dan si Sulung langsung memarkir mobil ke garasi. Sejurus kemudian anaku masuk ke rumah. "Ini buat Abi...." anaku memberikan bungkusan kotak yang terbungkus goodie bags warna orange. Aku sempat melongo, ada apaan ini anak ngasih bingkisan. Eh yang komentar istriku "Wiiiih.... apaan itu fizh?"

"Sepatu mi.... harganya ngga semahal sepatu Abi... tapi itu bagus lo... warnanya cocok biar Abi tampak lebih muda" jelas si Sulung. Istriku masih komen "Lah.... kamu kan kalau jual sepatu online harganya mahal-mahal... ada yang jutaan.... kok ngga dikasih sepatu kamu aja". Si Sulung cuma tersenyum penuh makna. Aku sendiri langsung membuka bungkusannya dan mencoba sepatu yang dihadiahkan anaku pakai uangnya sendiri.

Terharu juga si nerima hadiah dari si Sulung. Di tengah kesibukannya kuliah mengejar tarket akselerasi S2 nya di masih sempat menyisihkan uangnya untuk dibelikan sepatu. Memang si beberapa waktu yang lalu aku sempat bilang mau beli sepatu. Cuma aku memang kadang kalau ngga bener-bener sreg dengan modelnya biasanya selalu gagal beli, Kali ini karena dibelikan ya mau ngga mau pasti diterima. Bahkan seneng juga bisa menerima hadiah dari anak sendiri. 

Harga dan model tidak penting. Yang paling penting adalah seneng dapat menumbuhkan kepedulian terhadap anggota keluarga yang lain. Meskipun budjet pas-pasan jangan sampai kemudian melalaikan perhatian.

Van harte gefeliciteerd....

Kedungwringin, 29 Januari 2023