
Gebyar Hari Santri SDMu PINTAR




Gim yang dapat dimainkan sebelum memulai kegiatan pembelajaran Pendidikan Pancasial Kelas IX tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara sesuai dengan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Ayo bermain...
Ceritakan pengalaman kamu setelah bermain ini di kolom komentar
#gim
#edugame
#game
#gamepancasila
#Pendidikan Pancasila
#hak
#kewajiban
#hakdankewajiban
Tahun 2026 akan menjadi tonggak penting dalam dunia pendidikan Indonesia. Pemerintah melalui Peraturan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Nomor 047/H/AN/2025 telah menetapkan kerangka asesmen untuk Tes Kemampuan Akademik (TKA) bagi jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Tes ini dirancang sebagai asesmen terstandar yang bertujuan untuk memberikan gambaran objektif tentang capaian akademik murid secara nasional.
Namun, TKA bukan sekadar ujian. Ia membawa filosofi baru dalam penilaian, pembelajaran, dan pengakuan hasil belajar. Lalu, apa saja yang perlu disiapkan oleh sekolah dan guru agar pelaksanaan TKA di tahun 2026 berjalan optimal?
TKA hadir untuk:
Dengan kata lain, TKA bukan hanya soal “tes”, tapi juga soal bagaimana guru mengajar dan murid belajar.
TKA 2026 akan menguji dua mata pelajaran utama:
Soal-soalnya dirancang untuk menguji kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills), bukan sekadar hafalan.
Sosialisasi Internal dan Eksternal
Integrasi TKA dalam Perencanaan Pembelajaran
Penguatan Literasi dan Numerasi
Simulasi dan Refleksi
Guru akan menjadi aktor utama dalam keberhasilan TKA. Beberapa hal yang bisa dilakukan:
TKA bukan ancaman, melainkan peluang. Jika dirancang dan dilaksanakan dengan bijak, ia bisa menjadi katalis untuk pembelajaran yang lebih bermakna, adil, dan berkualitas. Sekolah dan guru tidak perlu panik, tapi perlu bersiap—dengan strategi, kolaborasi, dan semangat pembaruan.
Mari kita sambut TKA 2026 sebagai bagian dari perjalanan panjang menuju pendidikan yang lebih baik.

Satu bulan terakhir ini, saya belajar kembali bahwa mutu bukan sekadar angka di rapor atau pencapaian indikator. Mutu adalah napas kolektif—usaha bersama antara guru yang tekun menyusun modul ajar, tenaga kependidikan yang setia menjaga ritme harian sekolah, hingga siswa yang terus bertumbuh dalam semesta belajarnya.
Dari menyusun RKS yang lebih partisipatif hingga mendampingi guru melalui supervisi yang lebih humanis dan membimbing—semuanya adalah bagian dari proses yang tidak instan, tapi bermakna. Di setiap kunjungan kelas, saya melihat bukan hanya kurikulum berjalan, tapi juga relasi yang tumbuh: antara guru dan murid, antara nilai dan praktik.
Saya percaya bahwa tugas kepala sekolah hari ini bukan hanya mengelola, tapi juga menghidupkan kembali rasa percaya bahwa setiap aktor di sekolah punya potensi untuk bertumbuh—dan bahwa pendidikan yang bermutu hanya akan tercapai jika kita belajar untuk tumbuh bersama.
Ini baru awal. Tapi saya bersyukur karena langkah kecil ini terasa hangat. Dan semoga dari sini, kita bisa terus merajut ekosistem sekolah yang tidak hanya cerdas, tapi juga peduli, inklusif, dan penuh makna.
📖 Mendampingi, Bukan Mengawasi: Supervisi yang Menumbuhkan
Ada satu hal yang saya pelajari dari bangku panjang di ruang guru: percakapan yang tulus lebih punya daya ubah dibanding seribu lembar instrumen supervisi.
Beberapa waktu lalu, saya duduk berdua dengan seorang guru muda setelah observasi kelas. Bukan untuk menilai, tapi untuk bertanya, “Bagaimana perasaanmu mengajar tadi?” Dari pertanyaan sederhana itu, mengalir cerita: tentang siswa yang sulit fokus, tentang strategi bertanya yang masih perlu dicoba, dan tentang harapan yang belum padam.
Supervisi bukan lagi soal menilai, tapi membimbing. Memberi ruang bagi guru untuk merasa dilihat, didengar, dan dihargai. Saya belajar menggunakan pendekatan coaching kecil-kecilan: bukan menggurui, tapi bertumbuh bersama. Terkadang, satu sesi obrolan ringan sambil menyeruput kopi di sudut ruang TU bisa jauh lebih bermakna ketimbang rapat formal tiga jam.
Dan ketika saya mulai menyusun penugasan tambahan bagi guru dan tendik, saya memilih untuk memulainya dari satu hal: mendengar. Saya undang mereka duduk bersama, lalu bertanya, “Apa yang membuatmu merasa berdaya?” Ternyata ketika seseorang merasa perannya bermakna, maka pekerjaan pun menjadi bagian dari misi, bukan sekadar rutinitas.
👣 Coaching di Tengah Deru Jam Pelajaran
Suatu hari, saya berdiri di depan kelas, bukan untuk mengajar, tapi untuk menyimak. Seorang guru senior sedang membimbing diskusi kelompok tentang nilai-nilai dalam Pancasila. Saya duduk di bangku paling belakang, mencatat, bukan untuk menilai, tapi untuk belajar.
Setelah bel berbunyi, saya menghampirinya dan berkata, “Keren sekali tadi cara Ibu membuka diskusi… tapi saya penasaran, kalau siswa yang pendiam itu dilibatkan juga, apa yang mungkin terjadi?” Pertanyaan itu memicu percakapan 15 menit yang lebih berharga dari rapor mana pun.
Praktik coaching di kelas bukan soal tahu lebih banyak—tapi soal memantik refleksi. Saya memilih pendekatan dialog: bertanya, mendengar, lalu merancang langkah-langkah kecil bersama. Kadang hanya berupa tantangan ringan, seperti, “Minggu depan, mau coba ubah posisi tempat duduk agar siswa lebih aktif?” Dan minggu depannya, saya datang lagi, menyimak lagi.
Menjadi kepala sekolah berarti punya privilege melihat tumbuhnya perubahan kecil: strategi bertanya yang lebih terbuka, catatan harian guru yang lebih reflektif, hingga kelas-kelas yang mulai menyesuaikan dengan kebutuhan belajar murid, bukan sekadar target kurikulum.
Dan setiap perubahan itu, sekecil apa pun, selalu saya dokumentasikan. Bukan untuk laporan formal semata, tapi sebagai pengingat bahwa perubahan sejati lahir dari relasi. Dari obrolan-obrolan santai di ruang kelas, dari tawa ringan selepas coaching, dari rasa saling percaya bahwa kita semua, guru dan kepala sekolah, sedang sama-sama belajar.
🌿 Belajar Kembali Menjadi Pembelajar: Refleksi Kepemimpinan
Saya menyadari satu hal belakangan ini—bahwa di balik semua lembar RKS, SK, dan laporan supervisi, saya adalah seorang murid juga. Murid dari situasi. Murid dari suara guru yang berbisik pelan, “Saya butuh waktu untuk belajar ini.” Murid dari anak-anak yang tatapannya menunggu ruang kelas yang lebih ramah.
Saat menyusun learning plan pribadi, saya mencoba jujur dengan diri sendiri: bagian mana dari kepemimpinan saya yang masih kaku? Di mana saya terlalu administratif? Kapan saya lupa bahwa pemimpin belajar harus mau dibimbing, sebelum membimbing?
Mengikuti pelatihan, membaca refleksi kepala sekolah lain, dan berdiskusi di Komunitas Guru Belajar membuka mata saya: menjadi pemimpin pembelajaran berarti hadir—secara utuh. Bukan hanya saat rapat penting, tetapi juga saat guru sedang frustrasi memilih strategi diferensiasi. Hadir secara utuh berarti tidak takut berkata, “Saya belum tahu, mari kita cari tahu bersama.”
Dan dari situ saya mulai menulis ulang makna keberhasilan. Dulu keberhasilan berarti angka meningkat. Kini keberhasilan berarti: ada guru yang tersenyum karena merasa didampingi, ada siswa yang pulang dengan cerita bahwa gurunya mendengarkan dia hari ini, atau ada tendik yang merasa pekerjaannya dihargai bukan hanya sebagai pelengkap.
Saya kira, menjadi kepala sekolah yang berdampak bukan tentang “menyelesaikan tugas.” Tapi tentang menciptakan ruang. Ruang untuk bertumbuh. Ruang untuk saling percaya. Ruang untuk belajar seumur hidup.
📌 Penutup: Kita Semua Sedang Belajar
Saya tidak tahu apakah saya sudah menjadi kepala sekolah yang “sempurna”—tapi saya tahu, setiap hari saya berusaha menjadi lebih hadir.
Hadir untuk guru yang ingin didengar. Untuk murid yang ingin dimengerti. Untuk setiap lembar perencanaan yang sejatinya bukan hanya soal angka, tapi tentang harapan.
Menjadi pemimpin pembelajaran bukan tentang menjadi yang paling tahu. Tapi tentang menjadi yang paling mau: mau mendengar, mau berubah, mau tumbuh, dan mau berjalan bersama.
Dan saya percaya—dari ruang kelas kecil di desa sampai lorong-lorong sekolah di kota, kita semua sedang belajar: saling menemani, saling mengingatkan, dan saling mempercayai bahwa sekolah bukanlah tempat untuk sempurna, melainkan ruang untuk menjadi manusia yang terus bertumbuh.
Semoga catatan kecil ini bisa jadi pengingat, bahwa kita tidak sendiri. Bahwa langkah-langkah kecil yang kita pilih hari ini, bisa jadi cahaya bagi banyak masa depan yang kini tengah duduk di bangku kelas, menggenggam mimpi-mimpinya.

Ini yang Ditunggu!! Sistem Penerimaan Murid Baru Tahun 2025
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pendaftaran Murid Baru adalah informasi yang sudah banyak ditanyakan oleh masyarakat. Bahkan mulai dari bulan Januari sudah banyak yang mencari informasi Pendaftaran Murid Baru ini.
Dan akhirnya Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) di Kabupaten Banyumas tahun ajaran 2025/2026 resmi dibuka! Ada beberapa hal baru yang ada pada kegiatan Penerimaan Murid Baru. Yang pertama dari sisi istilah, tahun kemarin menggunakan istilah PPDB atau Penerimaan Peserta Didik Baru. Tahun ini berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 3 Tahun 2025 istilah PPDB diganti dengan SPMB (Sistem Penerimaan Murid Baru). Yang kedua dihapusnya istilah Zonasi dan diganti menggunakan kata Domisili. Penggunaan istilah Peserta Didik juga diganti dengan istilah Murid.
Apa hal baru lain yang ada di SPMB 2025? Berikut informasi selengkapnya mengenai jalur pendaftaran serta berkas-berkas yang harus disiapkan.
JALUR PENDAFTARAN
Calon murid dapat mendaftar melalui empat jalur utama, masing-masing dengan persyaratan berbeda:
2. Jalur Afirmasi
3. Jalur Mutasi
4. Jalur Prestasi
Berkas yang Harus Disiapkan
Calon murid harus menyiapkan sejumlah dokumen untuk proses pendaftaran:
TK dan SD (Pendaftaran Offline)
SPMB tahun ini hadir dengan sistem yang lebih terstruktur, transparan, dan inklusif, memastikan setiap anak mendapatkan akses pendidikan terbaik sesuai dengan kebutuhannya. Pastikan Anda mengikuti jalur yang sesuai dan menyiapkan berkas pendaftaran dengan lengkap agar proses berjalan lancar!
Hal-hal yang kurang jelas tentang SPMB silahkan sahabat semua tulis di kolom komentar.
Atau selengkapnya sahabat semua dapat mendownload file Sosialisasi SPMB Kabupaten Banyumas tahun 2025 pada link di bawah!

Masa kecil selalu dipenuhi dengan kebiasaan yang terasa begitu biasa, tapi ternyata menyimpan makna yang mendalam ketika dikenang kembali. Salah satu rutinitas yang masih jelas dalam ingatanku adalah bagaimana Ibu selalu menyiapkan sop sebagai bagian utama dari setiap santapan. Namun, bukan seperti yang sering kulihat di restoran atau rumah makan. Di rumah, setiap ibu masak sop selalu bilang "Ayo tuang sopnya langsung ke nasi ya! biar seger..."
Bagi Ibu, tujuan dari mencampur sop dengan nasi bukan sekadar kebiasaan turun-temurun, tetapi juga strategi agar aku makan lebih lahap. Dengan kuah yang meresap ke nasi dan rasa gurih dari lauk yang berpadu sempurna, tidak ada alasan untuk menolak suapan demi suapan. “Biar cepat gemuk,” kata Ibu dengan senyum khasnya setiap kali melihatku menikmati makanan dengan lahap.
Saat itu, tidak ada pilihan lain. Aku terbiasa dengan konsep bahwa sop adalah bagian dari makanan utama, bukan sajian yang dinikmati terpisah. Rasa ayam yang bercampur dengan sayuran, gurihnya kuah yang mengalir memenuhi nasi, dan bahkan potongan kentang yang terasa lebih lembut ketika melebur dengan semua unsur lainnya—semuanya menjadi satu dalam harmoni piring makan masa kecilku.
Namun, seiring berjalannya waktu, kebiasaan ini berubah perlahan tanpa disadari. Kini, ketika menyantap sop, aku lebih memilih untuk menuangkannya dalam mangkuk terpisah. Alasannya sederhana: ingin lebih menikmati keotentikan rasa dari setiap bahan yang ada di dalamnya.
Ada kepuasan tersendiri dalam menyendok kuah panas yang murni tanpa bercampur dengan nasi. Setiap potongan daging, sayur, dan kentang memiliki rasa dan tekstur yang lebih jelas. Bahkan, aku mulai menyadari bahwa setiap jenis sop memiliki karakteristik tersendiri, ada yang lebih ringan dan segar, ada yang lebih pekat dan kaya rempah.
Selain itu, di usia 50 tahun, pola makan menjadi bagian yang lebih diperhatikan. Dulu, ketika masih kecil, tujuan makan adalah untuk tumbuh sehat dan berenergi. Tapi kini, keseimbangan asupan makanan menjadi pertimbangan utama. Mengurangi konsumsi nasi atau karbohidrat berlebih menjadi salah satu cara untuk menjaga berat badan agar tidak mudah naik. Dengan memisahkan sop dari nasi, aku bisa lebih mengontrol jumlah karbohidrat yang dikonsumsi tanpa kehilangan kenikmatan dari setiap sendokan kuah yang kaya rasa.
Membiasakan diri makan dengan pola yang lebih seimbang juga membuatku lebih sadar akan rasa dan tekstur makanan. Sop yang dulu hanya dianggap sebagai pelengkap nasi kini punya tempat tersendiri dalam sajian, memberikan kesempatan bagi lidah untuk benar-benar merasakan tiap bahan yang dimasak dengan penuh perhatian.
Meski begitu, kenangan tentang Ibu dan piring sop yang penuh masih tetap tersimpan hangat. Kadang, ketika kembali ke rumah, aku menemukan diriku kembali ke kebiasaan lama—mencampur sop dengan nasi seperti dulu. Bukan karena ingin kembali ke masa kecil, tetapi karena ingin menghidupkan kembali kehangatan dari setiap suapan yang pernah menjadi bagian dari cinta seorang Ibu.
Dan mungkin, dalam setiap perubahan cara makan, ada cerita dan makna yang lebih dalam dari sekadar piring dan mangkuk.
Bagaimana kebiasaan makan sopmu? Apakah kamu masih mencampurnya dengan nasi, atau sudah beralih menikmati kuahnya secara terpisah? 😉

Kebijakan Kemendikdasmen yang mendorong penerapan deep learning di sekolah harus disikapi dengan bijaksana oleh guru. Guru tidak hanya sekadar mengubah metode mengajar, tetapi juga perlu menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan siswa berpikir lebih dalam, menggali konsep dengan kritis, dan menghubungkan berbagai informasi secara mandiri. Salah satu aspek penting dalam penerapan deep learning adalah bagaimana siswa menangkap, mengelola, dan mengolah informasi yang mereka pelajari agar benar-benar memahami materi secara mendalam. Setidaknya ada dua hal untuk dapat mengimplementasikan pendekatan deep learning untuk pembahasan kali ini. Yang pertama layout student learning centered dan yang kedua adalah praktik note taking dan note making.
| Kata Kunci/Pertanyaan | Catatan Utama | Kesimpulan |
|---|---|---|
| Apa arti Pancasila? | Pancasila adalah dasar negara RI dengan lima sila utama. | Pancasila menjadi landasan dalam kehidupan bernegara. |
| Apa fungsi Pancasila? | Sebagai ideologi, pedoman dalam berperilaku, dan dasar hukum. | Memandu kehidupan sosial, politik, dan hukum di Indonesia. |
Meningkatkan Kolaborasi dan Interaksi
Meningkatkan Kemandirian dan Kreativitas
Mendukung Deep Learning
Deep learning tidak hanya menekankan penguasaan materi, tetapi juga bagaimana siswa memproses informasi yang diterima. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan note taking dan note making secara efektif.
Dengan note taking, siswa dapat menangkap inti materi secara sistematis, sementara note making memungkinkan mereka mengolah informasi, mengaitkan dengan konsep lain, serta membentuk pemahaman yang lebih dalam. Keduanya menjadi kunci utama agar siswa tidak sekadar menghafal, tetapi benar-benar memahami dan mampu menerapkan materi yang dipelajari.
Dalam model pembelajaran student learning-centered, note taking dan note making berperan besar dalam membantu siswa memahami dan mengingat informasi secara efektif.
Note taking adalah proses mencatat informasi dari sumber seperti guru, buku, atau video pembelajaran. Metode ini membantu siswa menangkap inti materi yang disampaikan. Beberapa teknik note taking yang efektif:
Jika note taking hanya merekam informasi, maka note making adalah proses mengolah kembali informasi tersebut dengan pemahaman pribadi. Ini adalah langkah aktif dalam pembelajaran mendalam. Beberapa teknik note making yang bisa diterapkan:
Siswa yang hanya melakukan note taking cenderung hanya mengingat informasi tanpa pemahaman mendalam. Namun, ketika mereka mengolah catatan dengan note making, mereka lebih mampu memahami, mengingat, dan menerapkan konsep dalam berbagai situasi.
Mengubah layout konvensional menjadi student learning-centered bukan sekadar perubahan fisik ruang kelas, tetapi juga perubahan dalam strategi pembelajaran. Dengan mengadopsi metode note taking & note making, siswa tidak hanya sekadar mencatat, tetapi juga memahami dan mengolah informasi secara mendalam. Dengan demikian, pendekatan deep learning dapat benar-benar terwujud dalam praktik pembelajaran di kelas.
Sebagai guru, mulailah dengan mengatur ulang tempat duduk kelas agar lebih mendukung interaksi. Kemudian, ajarkan siswa cara melakukan note taking dan note making yang efektif. Bagikan pengalaman Anda dalam menerapkan strategi ini di kelas dan lihat bagaimana perubahan ini meningkatkan kualitas pembelajaran! 😊

Apa Itu Deep Learning?
Deep learning dalam konteks pendidikan bukan hanya soal memahami konsep secara mendalam, tetapi juga melibatkan siswa untuk mencari makna di balik setiap pembelajaran. Siswa tidak hanya menerima pengetahuan secara pasif, tetapi diajak untuk berpartisipasi aktif, memecahkan masalah, dan membuat koneksi antara teori dan praktik.
Dalam pelajaran Pendidikan Pancasila, pendekatan ini sangat relevan. Siswa diajak untuk memahami nilai-nilai Pancasila tidak sekadar hafalan, tetapi melalui kegiatan yang mengasah pemikiran kritis, kolaborasi, dan empati.
Bulan Ramadhan adalah momen istimewa, terutama bagi siswa muslim, untuk memperkuat karakter dan menghayati nilai-nilai spiritual. Nilai-nilai yang diajarkan selama Ramadhan, seperti kejujuran, kesabaran, dan kepedulian sosial, sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong, keadilan sosial, dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Di kelas, kegiatan pembelajaran bisa diarahkan pada aktivitas reflektif. Sebagai contoh:
1. Diskusi Nilai Puasa dalam Kehidupan Sehari-HariSiswa diajak berdiskusi tentang bagaimana puasa melatih mereka untuk disiplin, peduli pada sesama, dan memahami pentingnya solidaritas sosial.
2. Projek Sosial Berbasis Pancasila
Melibatkan siswa dalam kegiatan seperti pengumpulan donasi untuk kaum dhuafa, buka puasa bersama dengan anak-anak yatim, atau kegiatan membersihkan tempat ibadah. Siswa tidak hanya belajar tentang nilai berbagi, tetapi juga gotong royong dan toleransi.
3. Refleksi Harian
Di akhir setiap pelajaran, siswa menuliskan refleksi singkat tentang apa yang mereka pelajari hari itu dan bagaimana hal tersebut relevan dengan kehidupan mereka.
Menanamkan Karakter melalui Pembelajaran Aktif
Kegiatan selama bulan Ramadhan ini bukan hanya menanamkan pemahaman, tetapi juga melatih siswa untuk mempraktikkan nilai-nilai Pancasila secara nyata. Dengan pendekatan deep learning, siswa belajar memahami esensi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya sebagai konsep abstrak.
Misalnya, kegiatan berbagi takjil di lingkungan sekitar dapat menjadi pelajaran nyata tentang gotong royong dan keadilan sosial. Siswa diajak merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan tersebut secara bersama-sama.
Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan. Dengan mengintegrasikan deep learning ke dalam pembelajaran selama bulan Ramadhan, guru tidak hanya membekali siswa dengan pengetahuan, tetapi juga membangun karakter mereka.
Melalui kegiatan ini, siswa belajar bahwa Pancasila bukan sekadar teori, tetapi pedoman hidup yang dapat mereka praktikkan setiap hari. Mari jadikan momentum Ramadhan 2025 sebagai langkah nyata menuju generasi muda yang cerdas, berkarakter, dan berjiwa Pancasila.

Namanya Sultanzain Antaresmarfiditya Agung. Sekarang berada di kelas VIII-I, sebenarnya saya belum pernah ngajar di kelasnya. Bahkan dari kelas VII. Tapi saya dan Sultan cukup dekat dan akrab. Salah satunya karena Sultan ini termasuk anak yang sangat rajin ke Masjid. Meskipun dia pernah salah sangka dikira saya ngajar Pendidikan Agama Islam. Mungkin karena berjenggot.
Sultan terkenal paling supel dengan semua guru. Tidak hanya supel tapi selalu berani tampil. Entah kalau dibidang akademik, saya tidak tau persis sebab belum pernah jadi guru mapelnya. Keberanian untuk tampil dan juga menyapa guru ini yang membuat Sultan terkenal di mata guru. Meskipun berani tapi tetap menjaga sopan santun.
Selasa, 21 Januari kemarin kami mendapat kunjungan dari Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah. Bapak Prof. Atip Latipulhayat, SH., LL.M., Ph.D. berkenan mengunjungi SMP Negeri 2 Purwokerto dalam lawatan kunjungan beliau di Banyumas. Acara di SMP Negeri 2 Purwokerto adalah untuk Senam bersama anak, yaitu Senam Anak Indonesia Hebat.
Ada yang menarik dari Sultan berhubungan dengan kunjungan Pak Wamen. Pagi hari saat saya melakukan checking persiapan panggung, Sultan mendekati saya dengan membawa buku pendamping Pendidikan Pancasila. Sambil membuka buku halaman paling depan Sultan ngomong "Nanti saya mau minta tanda tangan pak Wakil Menteri boleh ngga ya pak?"
Sedikit kaget saya nanya balik "Kamu tau ngga di halaman itu ada nama siapa?"
Sambil memperhatikan kembali halaman pertama buku yang Sultan pegang kembali anak itu berteriak kecil "Oh iya ada nama pak Waryanto ternyata...."
Saya cuma tersenyum. "Kalau gitu saya minta tanda tangan pak Waryanto ya" lanjut Sultan sambil menyodorkan buku ke Saya. Kemudian saya bubuhkan tanda tangan di dekat nama Saya yang tercantum dalam buku.
Kemudian saya melanjutkan aktivitas untuk mempersiapkan kehadiran pak Wamen di Sekolah. Menyiapkan panggung, menyusun acara dan berkoordinasi dengan pihak protokol Wakil Menteri untuk memastikan urutan kegiatan sesuai dengan ketentuan protokol. Sampai akhirnya saya kemudian memandu kunjungan pak Wakil Menteri dimana kegiatan utamanya adalah Senam Anak Indonesia Hebat bersama beliau dan rombongan.
Setelah acara senam selesai dilanjut dengan sedikit sambutan dan motivasi dari pak Wamen kepada semua Siswa yang mengikuti kegiatan bersama. Dimeriahkan juga dengan pertanyaan berhadiah dari pak Wamen kepada Siswa. Setelah selesai acara tersebut kemudian saya mempersilahkan Rombongan pak Wamen untuk turun dari panggung dan akan melanjutkan kunjungan berikut ke SMA Negeri 1 Purwokerto.
Nah yang mengejutkan sebelum sampai keluar lapangan rombongan pak Wamen dihentikan oleh Sultan yang ternyata meminta tanda tangan pak Wamen. Saya kaget, tapi karena posisi lumayan jauh dan masih mengkondisikan peserta senam saya tidak bisa mendekat. Alhamdulillah permintaan Sultan dipenuhi oleh pak Wamen. Bahkan kemudian pak Wamen sempat juga ngobrol dengan beberapa anak yang lain.
Tapi beda dengan Sultan. Punya tekad yang kuat untuk dapat meraih apa yang diinginkan tanpa berpikir beban yang lain.
Dari sini bisa diambil pelajaran bahwa saat kita punya keinginan yang kuat maka lakukan saja... selama hal yang kita inginkan baik dan tidak merugikan orang lain maka lakukanlah...
Semoga masih banyak Sultan lain disana yang tidak hanya memperjuangkan sebuah tanda tangan namun cita-cita lain yang baik dan berdampak. Bukan tentang Tanda Tangan yang Sultan dapat, tapi ini tentang kebulatan tekad.

Halo teman-teman pecinta ilmu pengetahuan! Ada kabar seru buat kamu yang suka banget sama hal-hal tentang luar angkasa. Sekarang, belajar tentang sistem tata surya bisa lebih asyik dan seru, lho! Kenalan yuk sama Aplikasi Sistem Tata Surya, aplikasi edukasi yang dibuat khusus untuk Android dan bisa dipakai offline. Jadi, kamu bisa belajar kapan aja, di mana aja, tanpa khawatir kehabisan kuota!
Kenapa Aplikasi Ini Keren Banget?
Bayangkan planet-planet di tata surya tampil dengan grafis yang kece dan warna-warni. Setiap elemen dirancang supaya kamu makin semangat belajar.
Bingung soal apa itu revolusi atau kenapa Pluto bukan planet lagi? Tenang, penjelasannya simpel banget, dijamin nggak bikin pusing!
Di akhir pembelajaran, kamu bisa ikut kuis untuk ngetes seberapa paham kamu. Asyiknya lagi, pertanyaannya dirancang seperti game—seru dan menantang!
Belajar Tanpa Batas, Tanpa Kuota
Apa Saja yang Bisa Kamu Pelajari?
Grafis yang Bikin Mata Betah!
Penjelasan yang Gampang Dipahami
Ada Kuiznya Juga, Lho!
Keunggulan terbesar aplikasi ini adalah kamu bisa belajar tanpa internet. Jadi, mau di rumah, di sekolah, bahkan lagi nongkrong di taman, belajar tetap jalan terus!
Tunggu apa lagi? Yuk, download aplikasinya sekarang dan rasakan serunya menjelajahi keindahan tata surya dengan cara yang menyenangkan! Siap-siap, karena belajar nggak pernah seseru ini sebelumnya!
DOWNLOAD APLIKASINYA DISINI
Pada waktu menginstall di Android pastikan di pengaturan sudah membolehkan aplikasi dari luar Play Store untuk menginstall.
Kesulitan mendownload melalui link di atas? Banyak iklannya? Silahkan bisa membeli sambil berdonasi melalui link di bawah ini!
Selamat belajar dan selamat menjelajah alam semesta, teman-teman! 🚀✨