Tuesday, April 27, 2021

IRONI FILOSOFI PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA

 


IRONI FILOSOFI PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA

 

MUKADDIMAH

Finlandia sering kali dirujuk sebagai barometer keberhasilan pendidikan  sebuah negara. Hal ini tidak mengherankan mengingat negara kecil Nordik ini memberikan perhatian sangat besar pada pendidikan awal atau pendidikan anak usia dini (PAUD). Sebelum murid Finlandia belajar pengaturan waktu mereka, mereka belajar dulu bagaimana menjadi anak-anak; cara bermain satu sama lain, cara bersosialisasi, termasuk cara memperbaiki luka emosional. Dirangkum dari tulisan World Economic Forum dan Insider, berikut beberapa penerapan sistem pendidikan yang membuat Finlandia unggul dalam pendidikan global;

1.      Persaingan tidak penting Finlandia telah menemukan persaingan antarsekolah tidak menghasilkan siswa sukses bila dibandingan kerja sama antarsekolah tersebut. Salah satu alasan, Finlandia tidak memiliki sekolah swasta. Setiap lembaga akademik di negara ini didanai melalui biaya publik atau negara. Para guru juga dilatih untuk mampu membuat penilaian siswa sendiri alih-alih menggunakan tes standar nasional atau internasional. "Tidak ada kata untuk akuntabilitas dalam Bahasa Finlandia," kata pakar pendidikan Pasi Sahlberg kepada audiens di Teachers College of Columbia University. Guru dipercaya dapat melakukan kinerja lebih baik tanpa harus termotivasi untuk saling berkompetisi.

2.      Guru profesi paling dihormati Guru di Finlandia tidak dibayar rendah, bahkan lebih tinggi dibanding seperti di Amerika Serikat. Untuk menjadi seorang guru di Finlandia, para calon harus terlebih dahulu menerima setidaknya gelar magister dan menyelesaikan pendidikan profesi seperti halnya pendidikan profesi kedokteran. Tidak mengherankan guru di sana mengajar di sekolah dasar yang berafiliasi atau berdampingan dengan universitas. Hasilnya, para guru dapat diandalkan untuk melakukan penelitian pedagogis (pengajaran) terbaik tentang pendidikan.

3.      Finlandia tidak takut bereksperimen Satu manfaat besar dari mendengarkan penelitian ini adalah kebijakan dihasilkan tidak terikat pada kekuatan lain, seperti proyek, uang, atau kepentingan politik. Guru-guru Finlandia didorong membuat laboratorium mini sendiri untuk gaya mengajar, meningkatkan apa yang berhasil dan menghilangkan apa yang tidak. Pola pikir eksperimental seperti ini memungkinakan guru mampu berpikir dan menemukan solusi "out of the box".

4.      Waktu bermain penting! Hukum Finlandia mengharuskan guru memberi siswa waktu bermain 15 menit untuk setiap 45 menit pengajaran. Kebijakan tersebut bermula dari keyakinan mendalam bahwa anak-anak harus tetap anak-anak selama mungkin. Bukan tugas mereka untuk tumbuh dengan cepat dan menjadi penghafal dan peserta ujian. Hasilnya berbicara sendiri: penelitian demi penelitian menunjukan siswa yang diberikan setidaknya satu kali istirahat selama 15 menit setiap pergantian pelajaran atau lebih berperilaku lebih baik di sekolah dan mengerjakan tugas lebih baik.

5.      PR siswa sangat sedikit. Banyak hal ditawarkan sekolah-sekolah Finlandia kepada siswa, hanya satu yang tidak: pekerjaan rumah (PR). Banyak anak di negara lain hanya menerima sedikit waktu luang setiap malam lantaran bayak PR. Filosofi ini berasal dari tingkat saling percaya dimiliki antara sekolah, guru, dan orangtua. Orangtua menganggap guru telah memenuhi sebagian besar dari apa yang siswa butuhkan dalam batasan hari sekolah, dan sekolah menganggap hal yang sama. Kerja ekstra sering dianggap tidak perlu oleh semua orang yang terlibat pendidikan di sana. Waktu yang dihabiskan di rumah disediakan untuk keluarga, di mana satu-satunya pelajaran dipelajari anak-anak adalah tentang kehidupan. (edukasi.kompas.com)

Saya menuliskan 5 (lima) point di atas tidak untuk menunjukkan bahwa kita harus meniru model pendidikan di Finlandia. Atau mungkin ada yang berpendapat bahwa saya sudah tidak memiliki rasa nasionalisme atau patriotisme. Justru sebaliknya!!! Saya sangat nasionalis. Saya mencintai negeri kita Indonesia Raya tercinta. Mengapa? Ternyata bangsa Finlandia justru mengadopsi model dan filosofi pendidikan ala Ki Hadjar Dewantara.

Sementara di Indonesia Ki Hadjar Dewantara selama ini lebih dikenal dengan buah pikirannya yang lebih dikenal sebagai manajemen kepemimpinan atau ajaran kepemimpinan. Yang pertama adalah: Ing Ngarso Sung Tulodo artinya Ing ngarso itu didepan / dimuka, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti tauladan. Yang kedua: Ing Madyo Mbangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mbangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Yang terakhir adalah: Tut Wuri Handayani, Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat.

Lebih dari pada itu, ternyata Ki Hadjar Dewantara memiliki banyak pemikiran dalam dunia pendidikan yang ‘belum’ dipakai dan dipraktikan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Tentunya yang lebih mengejutkan adalah ketika kita mengetahui bahwa Finlandia sebagai sebuah negara di Eropa sudah menerapkan filosofi pendidikan ala Ki Hadjar Dewantara dalam sistem pendidikan mereka. Apa saja filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang belum diterapkan di Indonesia?

 

 

FILOSOFI PENDIDIKAN KHD

Sebelum membahas lebih lanjut tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang lain saya terlebih dahulu kembali kepada ajaran tentang: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani. Ajaran ini dalam era Presiden Soeharto lebih dikenal sebagai sebuah ajaran kepemimpinan atau leadership. Untuk menjadi pemimpin wajib mengamalkan tiga konsep tersebut. Tetapi yang sebenarnya konsep tersebut bagi Ki Hadjar Dewantara adalah konsep mengajar dari seorang guru.

Yang pertama sebagai seorang guru ketika dia pada posisi di depan maka seorang guru harus mampu menjadi contoh atau teladan. Guru yang baik mengajarkan dengan contoh dan praktik nyata. Guru tidak hanya memberikan teori untuk dipraktikan tanpa bisa melakukan. Sebaik-baik pengajaran adalah belajar dari pengalaman. Maka guru yang baik adalah guru yang bisa memberi teladan bagi murid-muridnya.

Yang kedua sebagai guru ketika berada di tengah murid-muridnya harus bisa membangkitkan kemauan dan niat murid untuk melakukan tindakan. Membangkitkan atau menggugah kemauan dan minat ini dilakukan ketika seorang guru berbaur dengan anak-anak saat belajar. Ketika seorang guru ingin bisa menggugah kemauan dan niat murid maka dia harus berbaur, harus bersatu dengan dunia murid. Tidak sebaliknya membawa murid ke dunia guru yang sudah pasti berbeda masanya.

Yang terakhir adalah Tut Wuri Handayani. Ajaran ini menjadi semboyan untuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mengandung makna yang sangat penting, yaitu ketika seorang guru berada di belakang maka seorang guru harus mampu memberikan dorongan semangat atau dorongan moral. Guru harus bisa menguatkan dan memotivasi murid untuk terus belajar dan berkarya.

Sebenarnya dari tiga filosofi inilah kemudian melahirkan filosofi dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara menjadi berkembang. Kita akan bahas beberapa diataranya:

1.      Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan. Pendidikan dan kebudayaan adalah satu kesatuan. Pendidikan yang baik akan melahirkan kebudayaan yang baik. Sehingga antara pendidikan dan kebudayaan tidak bisa dipisahkan. Pertukaran kebudayaan digunakan sebagai alat untuk menguatkan kebudayaan yang ada. Bangsa Indonesia yang beragam akan menghasilkan kebudayaan yang beraneka ragam. Begitu juga dengan anak-anak. Tidak ada satupun anak yang terlahir sama, semua memiliki perbedaan sekalipun itu adalah anak kembar.

2.      Pendidikan adalah perubahan. Ki Hadjar Dewantara mengibaratkan pendidikan itu seperti Tata Surya. Dalam sistem tata surya planet-planet dan matahari selalu bergerak sesuai dengan orbitnya dan berotasi di atas sumbunya. Meraka tidak pernah berhenti berputar, karena ketika mereka berhenti berputar maka akan terjadi kehancuran. Begitu juga dengan kebudayaan bersifat dinamis tidak boleh statis. Perubahan itu kekal.

Planet-planet juga memiliki keragaman sendiri-sendiri berdasarkan orbitnya. Bumi tidak mungkin dipindah ke orbit Mars, karena ketika berada di orbit mars tentu Bumi akan mengalami perbedaan yang tidak sesuai dengan bentuk yang ada. Begitu juga dengan planet-planet yang lain, mereka memiliki bentuk sendiri, orbit sendiri dan poros sendiri yang membentuk karakteristik masing-masing planet.

 

Relevansinya dalam filosofi pendidikan perubahan itu mencakup tiga hal:

1.      Kodrat Keadaan (Kodrat Alam dan Kodrat Zaman)

Kodrat alam terkait dengan alam dimana masyarakat itu berada. Setiap alam akan membentuk manusia yang ada di dalamnya. Misalnya menurut Ki Hadjar Dewantara bahwa orang Belanda memandang orang Indonesia itu boros. Hal ini disebabkan karena alam Indonesia begitu murahnya dalam memberikan sumber dayanya kepada penduduk Indonesia. Selalu ada segala sesuatu yang diinginkan masyarakat Indonesia. Sebaliknya orang Indonesia memandang orang Belanda itu pelit. Alam Belanda membentuk warganya untuk berhemat karena ada 4 musim yang memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Dimana ada musim yang mengharuskan mereka untuk bisa bertahan hidup. Dan itu semua diperoleh dari pembelajaran alam.

Kodrat zaman meskipun alamnya sama tetapi tidak pernah sama dalam perkembangan waktu yang ada. Meskipun ada di tempat yang sama, setiap era itu berbeda. Ada era dimana manusia masih menggunakan tenaga mekanik untuk bertahan hidup. Ada masa dimana manusia menggunakan tenaga listrik untuk hidup, dan kita sekarang berada di era digital. Era manusia memanfaatkan penggunaan teknologi Revolusi Industri 4.0 maka pendidikan harus menyesuaikan dengan zaman.

2.      Prinsip melakukan perubahan. Ada Tri Konyang diajarkan KHD: yang pertaman adalah Kontinuitas yaitu kita harus melakukan dialog kritis tentang sejarah. Dalam bergerak ke depan, kita tidak boleh lupa akan akar nilai budaya yang hakiki dari masyarakat. Yang kedua Konvergensi adalah pendidikan harus memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan. Yang ketiga Konsentris adalah pendidikan harus menghargai keragaman dan memerdekaan pemelajar, karena setiap orang berputar dan beredar sesuai orbitnya. Pendidikan harus menghargai keunikan dan keberagaman masing-masing murid. Menurut Ki Hadjar Dewantara kalau guru diibaratkan

3.      Apa yang berubah? Budi Pekerti. Budi itu Cipta , Rasa dan Karsa. Pekerti itu tenaga atau raga. Semua harus seimbang, ada olah cipta untuk menajamkan pikiran. Olah rasa menghaluskan rasa. Olah karsa untuk menguatkan kemauan. Dan olah raga untuk menyehatkan jasmani. Pendidikan itu harus holistik dan seimbang. Kesempurnaan budi pekerti membawa anak pada kebijaksanaan.

 

Pendidikan dan pendidik harus memandang anak dengan rasa hormat. Pendidikan harus berorientasi kepada murid. Semua yang dilakukan dalam dunia pendidikan harus berorientasi untuk anak. Dalam bahasa Ki Hadjar pendidikan harus bebas dari segala ikatan. Dengan suci hati mendekati sang anak. Tidak untuk meminta suatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak.

 

PENDIDIKAN INDONESIA HARUS BERUBAH

Pendidikan di Finlandia mampu menjalankan ajaran-ajaran Ki Hadjar Dewantara dengan baik, sehingga kualitas pendidikan mereka menjadi yang paling baik di dunia. Mereka sangat memperhatikan kodrat anak. Kodrat anak itu memang berbeda. Maka kemudian setiap sekolah di Finlandia tidak ada persaingan. Yang ada adalah kolaborasi. Ini yang menguatkan setiap anak di Finlandia bahwa ketika mereka belajar tujuan utama adalah untuk mengetahui sesuatu hal secara bersama-sama dengan murid yang lain. Tidak untuk dikompetisikan antar sekolah yang akhirnya membuat sekolah-sekolah terkasta-kasta.

Pendidikan di Finlandia itu memerdekaan murid. Murid diberikan ruang untuk belajar sesuai dengan bakat dan minatnya. Setiap Murid berbeda, maka guru harus menuntun murid berdasarkan bakat dan minatnya. Yang tidak kalah pentih adalah bahwa fitrah dan kodrat anak itu adalah bermain. Maka guru harus meluangkan waktu untuk belajar dan bermain dengan murid. Ciptakan permainan untuk bisa membelajarkan anak. Karena belajar dengan suasana bermain akan menciptakan suasan belajar yang menyenangkan (enjoy learning).

Guru diposisikan dalam posisi yang terhormat. Guru adalah profesi mulia. Guru harus diberi kepercayaan bahwa guru adalah pihak yang paling mengerti tentang bagaimana cara mendidik dengan baik.

Oleh karena itu mari kita kembali kepada ajaran Ki Hadjar Dewantara. Mari kita kembalikan marwah guru agar pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Salam Perubahan.

Salam Bahagia.

Guru Bergerak Indonesia Maju.

 

Sumber Bacaan:

1.      Lampiran 1. Dasar-Dasar Pendidikan. Keluarga, Th. I No.1,2,3,4., Nov, Des 1936., Jan, Febr. 1937

2.      Lampiran 2. Metode Montesori, Frobel dan Taman Anak. Wasita, Jilid No.1 Oktober 1928

3.      Online edukasi.kompas.com

1 comment:
Write komentar